Laman

Selasa, 15 November 2016

A moment with Iqbal Rois Kaimudin



Untuk pertama kalinya aq mengenalnya,
salam sapaan pertama dari admin blogger kepri
Aq mengenal sosok Iqbal dari teman baikku, Eka Dewi Puspita, pemilik www.journaleka.com. Waktu itu aq tertarik untuk bergabung dengan Komunitas Blogger Kepri.
Alhamdulillah... ketertarikanku tak bertepuk sebelah tangan, Iqbal -admin blogger kepri- menyapaku lewat facebook messanger.
21 Mei 2016 aq bergabung dalam komunitas Blogger Kepri sekaligus mengenal sosok admin yang multitalenta.

Aq akui, aq tak begitu mengenal Iqbal seperti teman-temanku yang laen. Namun bagiku, Iqbal adalah Inspirator sekaligus Motivator. Lewat tulisan-tulisannya yang diramu dengan gayanya yang khas, www.jalankemanagitu.com menjadi "buku panduan online" bagi teman-teman yang membutuhkan informasi seputar lokasi wisata.
Bukan hanya itu, ketegaran, kesabaran dan sikap optimis untuk sembuh menjadi cambuk bagiku. Iqbal beruntung... dikaruniai istri yg luar biasa, Fira sosok istri yg shalehah, begitu tegar melewati ujian dan masa sulit, "hadapi dengan senyuman" begitulah kesan yg aq rasakan saat berjumpa dengannya.

Tuhan selalu punya cara, andai waktu itu kepulanganku ke Tarempa Kepulauan Anambas tidak mengalami kendala, mungkin aq tak kan pernah berjumpa dengan Iqbal. Waktu itu feri yang ku tumpangi tujuan Batam - Tarempa mengalami kerusakan mesin, sehingga kapal yang sempat berlayar sekitar satu jam, putar haluan kembali ke Pelabuhan Telaga Punggur Batam.

Hari itu Rabu, tanggal 6 Oktober 2016, bada isya, merupakan kali pertama dan terakhir aq berjumpa dengannya.
Selamat Jalan Iqbal...



Foto diambil dari Foto Profil Iqbal di Facebook




#TributeToJalanKemanaGitu
#TibuteToIqbalRoisKaimudin

Rabu, 19 Oktober 2016

POMP Filiriasis...Posyandu Flamboyan sukseskan BElKaGa

Kader Posyandu Flamboyan Sukses
melaksanakan POMP Filiriasis

Masa rehatku di Batam kali ini lebih banyak dihabiskan dengan berdiam diri di rumah, tak ada keinginan untuk road show mall to mall seperti kepulanganku sebelumnya. Namun bukan berarti aq terus menerus mengisi waktu rehatku dengan berbaring seharian di depan televisi.
Memang kepulanganku kali ini tidak seperti biasa, karena tugas, ataupun cuti tahunan. Kali ini aq harus menjalani pengobatan pasca keguguran akibat pendarahan yang mungkin penanganannya tidak maksimal dikarenakan keterbatasan pengetahuan / ataupun obat-obatan.
Selama di Batam, aq menginap dirumah saudaraku, aq terus mengamati kegiatan kedua kakakku, mulai dari kesibukan sebagai ibu rumah tangga, salah satu kakakku juga masih tercatat sebagai karyawan di Perusahaan yang berlokasi di Mukakuning, Selain aktivitas wajib, mereka juga tercatat aktif sebagai kader Posyandu, Bank Sampah, PKK dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Oktober ini misalnya, mereka disibukkan dengan program Posyandu POMP Filiriasis (Pemberian Obat Masal Pencegahan Penyakit Filariasis). Kegiatan ini dalam rangka mensukseskan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BElKaGa), salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi sekaligus pencegahan penularan Penyakit Kaki Gajah. Untuk Posyandu Flamboyan sendiri mendapat jadwal di tanggal 14 Oktober 2016 kemarin.
Orang berusia 2-70 tahun yang tidak hamil atau sakit berat, wajib minun obat oencegah Penyakit Kaki Gajah.Jadi, jangan berfikiran kalo Penyakit Kaki Gajah tu disebabkan oleh penyakit keturunan, terkena guna-guna ataupun karena kutukan. Karena sebenarnya penyebab Penyakit Kaki Gajah ini sendiri disebabkan oleh Nyamuk, bisa nyamuk rumah, nyamuk got, nyamuk hutan dan juga nyamuk rawa-rawa yang sudah terinfeksi cacing filaria. untuk detailnya kamu bisa baca lengkap dibagian akhir tulisan ini.
Antusias masyarakat pada saat antri menunggu giliran


Periksa tekanan darah dulu bersama dokter cantik ^_^
Aktivitas disaat POMP Filiriasis


Pak Ruslan, Lelaki yang mendedikasikan
 dirinya keliling menjadi Narasumber
Penyakit Kaki Gajah
Narasumber Penyakit Kaki Gajah

Lelaki ini bernama Pak Ruslan, atau yang lebih akrab disapa Wak Lan, Sewaktu lajang Wak Lan bekerja "mbalak kayu di hutan" sekitar tahun 1975an. Karena faktor kelelahan, biasanya selepas bekerja mereka beristirahat di sembarang tempat. Mungkin dari sanalah awal beliau digigit nyamuk, kenang Wak Lan membuka cerita.
"Gejala awal panas tinggi, demam. Minum obat sembuh, tapi klo capek, panas tinggi lagi, begitu terus menerus", lanjutnya lagi.
Akhirnya pada tahun 2004, baru dilakukan cek darah dan hasilnya Wak Lan dinyatakan positif mengidap Filariasis. Awal perjuangan untuk sembuh dimulai, untuk mengurangi rasa sakit, setiap harinya Wak Lan harus minum obat tersebut 3 x 3 pil perhari selama 10 hari berturut-turut.
Setelah 5 tahun kemudian, kaki Wak Lan perlahan tapi pasti mulai mengalami pembengkakan, dan terus berlangsung sampai saat ini. "Setiap merasa sakit terasa ada yang benda yang bergerak, mungkin kalo hanya sekadar gatal diluar masih bisa kita menggaruknya, tapi kalo rasa gatal itu justru dibagian dalam, hanya bisa berpasrah kepada Sang Pencipta" ungkap Wak Lan. Begitu rasa sakit yang dirasakan hilang, kakinya bertambah besar.
Wak Lan mendedikasikan dirinya dan bersedia menjadi Narasumber terkait Penyakit Kaki Gajah, dengan harapan masyarakat menjadi "melek" dan sadar kalo Penyakit Kaki Gajah itu merupakan penyakit yang membuat cacat seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Dengan menjadi narasumber, beliau berharap tidak ada lagi korban yang akan bertambah, dan target Pemerintah untuk memutus rantai penularan Filariasis dapat tercapai.

 Kenali Penyakit Kaki Gajah sejak dini

Penyakit Kaki Gajah atau disebut juga Filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh Cacing Filaria dan ditularkan oleh nyamuk.

Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
  1. Penyakit Kaki Gajah disebabkan oleh Cacing Filaria yang hidup di dalam tubuh manusia.
  2. Cacing Filaria dapat bertahan hidup selama 4-6 tahun dalam saluran getah bening (bagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit).
  3. Cacing Filaria berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak cacing (mikrofilaria) yang beredar dalam darah.
Cara Penularan Penyakit Kaki Gajah
  1. Penyakit Kaki Gajah ditularkan dari seseorang yang darahnya mengandung mikrofilaria kepada orang lain melalui gigitan nyamuk.
  2. Pada waktu nyamuk menghisap darah orang tersebut, mikrofilaria ikut terhisap dan masuk ke dalam badan nyamuk.
  3. Satu hingga dua minggu kemudian, mikrofilaria berubah menjadi larva dan ditularkan pada orang lain waktu nyamuk mengigitnya.
Gejala dan Tanda Penyakit Kaki Gajah
Tahap Awal
  1. Demam berulang-ualng selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si penderita istirahat dan muncul lagi setelah si penderita bekerja berat.
  2. Pembengkakan saluran getah bening sehingga terlihat bengkakdi daerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan sakit.
  3. Timbul abses (bisul) yang bisa pecah mengeluarkan nanah dan darah.
  4. Pembesaran kaki, lengan, payudara, atau buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas
Tahap Lanjut (Kronis)
Pembesaran menetap pada kaki, lengan, payudara, kantong buah zakar dan alat kelamin wanita.

Cara Mencegah Penyakit Kaki Gajah
  • Minum Obat Pencegahan Penyakit Kaki Gajah sekali setahun, selama minimal lima tahun
  • Menghindari gigitan nyamuk dengan cara :
    • Menggunakan kelambu saat tidur
    • Menggunakan obat nyamuk semprot/bakar
    • Memakai obat oles anti nyamuk
    • Menutup ventilasi rumah dengan kawat kassa.
  • Memberantas nyamuk dengan cara :
    • Menjaga kebersihan lingkungan.
    • Menghilangkan/membersihkan tempat perindukan nyamuk
    • Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan air yang tergenang.
Manfaat Ganda Minum Obat Pencegah Penyakit Kaki Gajah
  • Pemberian albendazole pada POPM Penyakit Kaki Gajah mempunyai manfaat ganda, yaitu dapat mematikan atau memandulkan Cacing Filaria dewasa serta dapat mematikan cacing perut seperti cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk dan cacing kremi.
  • Dengan demikian, orang yang minum obat pencegah Penyakit Kaki Gajah memperoleh dua manfaat sekaligus : melindungi dirinya dari risiko terkena Penyakit Kaki Gajah dan kecacingan.

Kader Posyandu Flamboyan berfoto bersama dengan Narasumber 
Semoga apa yang menjadi harapan Wak Lan bisa kita wujudkan, Dengan meminum obat pencegah Penyakit Kaki Gajah di Pos Pemberian Obat adalah cara mudah melindungi diri Kita dan keluarga tercinta dari Penyakit Kaki Gajah. 



Profil Posyandu Flamboyan
Ketua        : Bu Antie
Sekretaris  : Bu Imel
Bendahara : Bu Neneng
Anggota    : 1. Bu Teti Efrida
                    2. Bu Rini Susanti
                    3. Bu Ira
                    4. Bu Ngatemi
                    5. Bu Evi
Alamat : Perum Taman Lestari Blok A Kelurahan Kibing Kecamatan Batuaji Batam
Pelayanan Posyandu meliputi wilayah Taman Lestari Blok A, Perum Bumi Agung Permai, Ruli BAP

Senin, 10 Oktober 2016

September sukaku...September dukaku...

Sedikit bercerita,

September... salah satu bulan favoritku, ada beberapa momen penting dalam perjalanan hidupku,
  1. Bidadariku tercinta, lahir di bulan september, tepatnya tanggal 28 september 1945, ini ada kaitannya kenapa aq suka bgt dgn angka 28, coz of U, Mom...
  2. September 2007, tapi aq lupa tanggal pastinya, detik-detik krusial perjuangan 3 tahunku di kampus Ungu, sidang tugas akhir, finally aq mampu menuntaskan perjuangan kerja vs kuliah dgn meraih tiket utk memakai toga d bulan oktober 2007, Alhamdulillah... 
  3. 7 September 2013, saat aq kembali mengenakan toga, buah dari perjuanganku sebagai mahasiswa konversi disalah satu kampus di Batam, Alhamdulillah... kali ini aq berhasil membawa mama n papa hadir di momen bahagiaku.
September 2016

September 2016, juga ikut menorehkan catatan indah dalam hidupku, 7 September 2016 aq dinyatakan positif hamil, sebuah penantian yg cukup panjang.

Namun kehidupan tak selalu identik dgn bahagia, ada masanya duka pun hadir... suka atau tidak kita juga harus siap menjalaninya.

7 September 2016
Pukul 05.00 wib
aq mencoba menjawab rasa penasaranku, ini kali ketiga "tamu" yg biasanya selalu hadir ditanggal yang sama tiap bulannya, belum tampak keberadaannya.
Namun aq tak pernah berani bermimpi, aq sadar diri, aq divonis mengidap polip endometrium, bisa saja ini hanya keterlambatan biasa.
Polip itu bersarang dirahimku sejak Oktober 2015, dan baru dinyatakan bersih 11 Juli 2016 kemaren, perjuangan selama 10 bulan yg cukup melelahkan.
Mulai dari kontrol di dokter umum di Tarempa, Kepulauan Anambas, hingga akhirnya aq dirujuk ke Batam, untuk mengkonsultasikan ke dokter Obgyn. Untuk mendapatkan referensi Aq mencoba berkonsultasi dengan 3 dokter obgyn yg cukup ternama + 1 shinshe, bukan tidak percaya hasil diagnosa mereka, namun aq butuh pengetahuan, untuk menjawab ketakutanku, untuk membantu mengurangi kekhawatiranku. Ternyata hasil diagnosa mereka sama, polip endometrium (sejenis tumor jinak) di rahim!

Ternyata aq tidak bermimpi... hasil tes yg kupegang 2 garis, Alhamdulillah... puja dan puji aq panjatkan kepada Ilahi Robbi.
Aq bahagia... sangat bahagia....
Aq dan suami sepakat untuk mengecek lebih lanjut ke dokter sore sepulang kerja.


Pukul 10.00
Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang menentukan, pagi ini aq diliputi rasa takut, bagaimana tidak... ada bercak darah. Ditengah kegalauanku, aq berbagi cerita pada salah seorang rekan kerjaku, tanpa fikir panjang, dia menyarankan sesegera mungkin aq memeriksakan diri ke dokter, khawatir ada masalah dengan kehamilanku.

Pukul 11.30


Dokter setempat membenarkan hasil tespek yang aku pegang lewat hasil USG, namun aq mendapat warning keras berkaitan dengan Flek tersebut, karena seharusnya dia tidak boleh ada, karena itu pertanda ada masalah dengan kandunganku.
Suka atau tidak aq harus BEDREST total, demi kebaikanku sendiri!!
Berbekal beberapa jenis obat yang harus aq konsumsi, aktifitasku hanya berbaring...
ad rasa bosan, namun semuanya utk kebaikanku jg.

Pukul 14.00
Aq makin panik, obat penguat udah diminum, udah ga ad aktivitas lg yg dilakuin selain tidur, tapi pendarahannya malah makin banyak.

8 September
Pukul 05.00
Pendarahannya masih banyak, malah pagi ini aq temukan gumpalan dengan diameter 2cm, kenyal... walopun sudah aq bolak balik ditelapak tangan. Perasaanku ga enak, namun aq tak bisa berbuat banyak, ntah kenapa reflek aq memutuskan utk menguburkan gumpalan itu.

Pukul 08.00
Belum ad perubahan yg signifikan, akhirnya aq memutuskan utk berkomunikasi dgn dokter di Batam, berbekal foto usg dan hasil diagnosa sebelumnya yg kukirim via email dan WA.
Alhamdulillah aq mendapat respon yg sgt cepat, menurut diagnosa dokter di batam, aq mengalami ancaman keguguran. Untuk itu beliau menyarankan utk mencari obat yg diresepkan, dan sesegera mgkin digunakan.

Pukul 09.00
Puas berkeliling hampir d semua apotek yg ada di tempatku, akhirnya suamiku mendapatkan obat yg dimaksud, ternyata sangat jarang penggunaan obat tersebut disini, bahkan petugas disalah satu apotek berujar "dokter baru ya yg kasih resep obat ini? soalnya selama ini ga ad yg pernah resepin obat ini" jelas petugas tersebut.
"bukan dokter baru, tapi dokter senior" jawab suamiku.

Pukul 14.00
Lima jam setelah obat tersebut dikonsumsi, perlahan perdarahanku mulai berkurang, tidak seperti sebelumnya. Setidaknya aq bisa sedikit merasa lebih lega, setidakny obat tersebut mulai bereaksi.

14 September 2016
Perdarahanku bisa dikatakan sudah berhenti, stok obat pun sudah habis, lewat WA, dokter menyarankan agar jadwal konsultasi dipercepat.
Hasilnya diluar dugaan, kantong hamilku sudah ga utuh lg, abortus incomplete, begitulah penjelasan yg kudapatkan. Dokter menyarankan aq lgsg berangkat ke batam trip feri terdekat, untuk mendapat tindakan lanjutan.
Sedih yg luar biasa aq rasakan, hanya sekejap aq diliputi rasa bahagia. Meski aq berusaha menahan sesak di dada, tak bisa kupungkiri, sungai kecil mengalir deras di wajahku. Aq kuat...Aq ikhlas... tapi air mata tak bisa aq redam.



10 Oktober 2016
Hari ini aq mulai berdamai dengan keadaan, aq kembali beraktivitas setelah rehat panjang. 3 minggu aq menghabiskan masa pengobatan dan pemulihanku di Batam. 
Syukron Yaa Robb, aq diberikan kesempatan merasakan bahagia karena kehamilanku, meski hanya sesaat. Aq sadar, skenario-Mu jauh lebih indah dari pada segudang mimpiku. InsyaAllah aq ikhlas menunggu hingga saat yang tepat, anugerah itu kan kembali hadir di rahimqu.

Kamis, 29 September 2016

Mepe Kasur, Tradisi Unik di Desa Wisata Osing Kemiren Banyuwangi


Desa Adat Osing Kemiren Banyuwangi,
Foto diambil dari trevelsia.com

Aktivitas harian yang cukup padat, baik rutinitas harian di rumah, ditambah lagi dengan kerjaan kantor yang menumpuk, seringkali membuat kita stress. Ada masanya kita perlu meluangkan waktu untuk berlibur, selain berehat sejenak dari seabrek kesibukan, liburan juga baik untuk ajang penyegaran, setidaknya melepas penat barang sekejap. Sebagai orang yang terlahir dan dibesarkan di Pulau Sumatera, ga ada salahnya kan saat saya liburan destinasi wisata yang dituju di belahan Indonesia lainnya, seperti Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi ataupun Papua. Karena Indonesia kaya akan tempat wisata lengkap dengan kulinernya.
Kota Banyuwangi bisa jadi salah satu destinasi yang dituju. Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, dengan luas 5.782 km2. Karena letaknya di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi menjadi kota transit bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Bali melalui Pelabuhan Ketapang. Dengan posisinya yang strategis banget, banyak tempat oke alias kece yang bisa kamu pantengin disana antara lain : Kawah Ijen, Pantai Plengkung (G-Land), Pantai Rajegwesi, Pantai Watu Dodol, Teluk Hijau (Green Bay), Pantai Pulau Merah, Air Terjun Kalibendo, Air Terjun Lider, Agrowisata Kali Klatak, Pemandian Taman Suruh.
Karena pengen  destinasi yang berbeda makanya saya pilih Cagar Budaya Desa Adat Osing Kemiren. Desa Kemiren dikenal karena memiliki berbagai keunikan mulai dari adat, tradisi, kesenian, kuliner serta pola hidup masyarakatnya yang masih menjaga tradisi sejak dulu. Ada tradisi unik saat liburan kesana pas bulan Dzulhijjah (Penanggalan Hijriyah), apalagi pas sepekan menjelang Hari Raya Idul Adha, ada satu moment dimana seluruh masyarakatkemiren mengeluarkan kasur untuk dijemur disepanjang jalan Desa Kemiren. Kasur - sebutan tempat tidur dalam bahasa Jawa - dengan corak dan warna yang sama yaitu hitam dibagian atas dan bawah dan merah dibagian tepinya. Kasur ini memiliki filosofi, warna merah melambangkan penolak balak sedangkan warna hitam melambangkan kelanggengan dalam rumah tangga. Menurut tetua adat setempat, tradisi mepe kasur ini dilakukan karena sumber segala penyakit berawal dari tempat tidur, sehingga tradisi tersebut dipercayai untuk mengusir segala macam penyakit. Mepe kasur termasuk dalam rangkaian tradisi tumpeng sewu ritual bersih desa.

Tradisi Mepe Kasur Desa Adat Osing Kemiren
Foto diambil dari banyuwangi.merdeka.com

Liburan ga usah bingung mikirin mo nginep dimana, karena disana ga punya teman , kerabat apalagi keluarga. Itu bukan masalah besar, karena jaman juga udah semakin canggih, iya kan..?? Lewat HP saya udah bisa reservasi online, Nyulik istilah jargon sih Life in your Hand klo anak muda jaman sekarang bilang. Lewat www.traveloka.com saya ga cuma bisa booking tiket pesawat, tapi juga pesen kamar hotel.Simple banget koq! cukup klik Login di Traveloka saya tinggal memilih Hotel yang sesuai budget kantong saya, juga dekat dengan lokasi tujuan wisata saya. Ga perlu ragu, karena selain bisa dapetin harga yang sesuai, kita juga disajikan informasi mulai dari kondisi kamar, fasilitas yang disediakan, tempat menarik terdekat dengan hotel, rating juga review dari tamu sebelumnya.Itu semua sangat membantu saya memilih tempat tinggal yang nyaman buat liburan.
Banyuwangi... wisata dalam negeri, rasa luar negeri.

Enjoy with Traveloka

Minggu, 25 September 2016

Papa, Mama Anugerah Terindah

Apa yang terjadi hari ini, merupakan hasil dari usaha kemarin, apa yang terjadi besok, buah kerja kerja keras hari ini. Begitulah pesan yang ditanamkan Papa dan  Mama padaku. Batam,  bukan kota impianku, pada kenyataannya di sanalah tempat yang bisa mewujudkan impianku.
Puing2 yg tersisa waktu kebakaran
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Tapi aku  sangat bahagia mempunyai orang tua dan saudara-saudara yang selalu menyayangiku. Aku merupakan anak bungsu dari enam saudara. Semuanya terasa indah, hingga  kondisi itu berubah saat kebakaran membumi hanguskan rumah tempat kami berteduh.
Maret 1987, awal dari semuanya.  Tak ada yang tersisa malam  itu, dua rumah dan sepuluh  pintu rumah  kontrakan yang  kami miliki  habis terbakar. Hanya motor dinas Papa, satu tas berisi ijazah dan surat-surat penting lain,  TV berukuran 14 inch merk  National yang dapat diselamatkan. Aku tak mengerti apa-apa waktu itu, aku baru menginjak usia tiga tahun. Aku hanya ingat  berlari di tengah malam buta, bersama nenek dan kakak tertuaku menuju rumah paman. Tak heran  jika sampai saat ini aku trauma, mendengar sirine mobil pemadam kebakaran.
Kami  harus memulai kehidupan di rumah kontrakan. Semuanya terasa aneh.  Berdesak-desakan tidur  dipetak kecil yang ada di kolong rumah orang. Namun Papa dan  Mama selalu menguatkan kami. “Tak ada yang abadi, semua yang kita punya kemarin hanyalah sebuah  titipan Allah SWT, roda kehidupan pasti berputar, dan kita harus menjalaninya dengan ikhlas” demikian  Papa menenangkan kami. Aku lagi-lagi tak paham, kenapa Papa dan  Mama bisa “menikmati” tinggal di rumah sempit,  yang hanya mempunyai dua kamar untuk sembilan orang. Menganggap semuanya biasa. Saat musim  penghujan datang, air pasang meluap membuat rumah kami seakan berada di tengah danau.
Hampir Enam tahun kami tinggal dibawah kolong. Begitulah aku menyebutnya. Kami harus pindah saat ada program pemerintah melakukan pelebaran anak sungai dan membuat dam di sisinya. Rumah sewaan kami termasuk yang akan dieksekusi. Kembali Papa dan  Mama sibuk mencari rumah kontrakan.
Ada perasaan gembira saat aku tau kami akan pindah, tapi sedikit miris saat tahu rumah yang akan kami tempati sudah  lima tahun  kosong, tidak ada orang yang betah  berlama-lama tinggal di rumah itu. Sebenarnya rumah itu luas, bahkan lebih dari yang kami butuhkan. Rumah itu terdiri dari  empat kamar tidur, dua kamar mandi, ruang tengah yang luas, ada ruang makan  dan dapur yang lumayan besar. Halaman luas baik halaman depan maupun halaman belakang. Tapi  kami lagi-lagi harus bersahabat dengan banjir. Posisi rumah lebih rendah  dari jalan. Tak heran,  jika hujan satu jam saja bisa menghadiahkan banjir menggenangi seisi rumah. Lagi-lagi aku merasa menempati rumah di tengah danau. 
Kehidupan kami terseok-seok untuk kembali bangkit. Tapi  masalah pendidikan, Papa dan Mama sangat fokus memberikan yang terbaik bagiku dan lima saudaraku. Kehidupan boleh saja susah, namun bukan berarti kami tidak bisa berprestasi. Begitu  yang selalu ditanamkan  Papa dan Mama.  Selain kegiatan belajar di sekolah, sore hari  kami di daftarkan di Majlis Ta’lim. Harus seimbang untuk kehidupan dunia akhirat, itu yang Papa Mama tekankan. 
saat ak ewin tampil di Langgar (Surau)
Alhamdulillah, banyak hal yang bisa kami dapat. Bukan hanya ilmu, kami juga memperoleh pengalaman. Di Majlis Ta’lim, kami diajak ikut serta menyampaikan dakwah  lewat tausiyah, lewat drama yang mengangkat  tema kehidupan. Aku dan kakak kelima, lebih fokus dilatih sebagai da’i cilik. Sementara  kakak  ketiga dan keempat difokuskan  pada drama. Sedangkan kakak pertama dan ke dua dilatih mengenal organisasi dan cara bersosialisasi di lingkungan sekitar.  Kami bisa keliling daerah menyampaikan syiar islam,  pengalaman yang tak bisa dilukiskan lewat kata. Saat itu aku baru mengerti,  kenapa Papa dan  Mama selalu mengacuhkan rengekanku saat aku malas mengaji, aku tetap dipaksa fokus melakukan kedua aktivitas itu. Diasah belajar membagi waktu, agar tak  mengeluh lelah melakukan semua aktivitas.
with mama, mek (nenek)dan ak ewin,
Wisuda TPA, toga yg membuatku terus
bermimpi utk memakainya lg
Terbiasa dengan aktivitas yang padat dalam keseharianku.  Saat kelas dua SD, kuminta pada Papa dan Mama untuk belajar di Taman Pendidikan Alquran, ingin mencoba sesuatu yang baru, begitulah alasan yang kuutarakan. Alhamdulillah, Papa dan Mama mengabulkan. Mulai saat itu aku berjanji memberikan yang terbaik bagi Papa dan Mama, begitupun saudaraku  yang   lain, semuanya berpacu dengan waktu. Aku tahu, hanya lewat prestasilah aku bisa membahagiakan  Papa dan Mama.  Semua jerih payahku terbayar lunas, saat aku bisa memakai toga Wisuda I TK/TPA. Bukan hanya itu, aku dan beberapa teman-teman berhasil maju mewakili provinsi untuk ajang FASI (Festival Anak Shaleh) di Jakarta. 
Akhirnya aku tahu alasan Papa menyeimbangkan bekal pendidikan dunia dan akhirat. Papa tidak pandai mengaji, dan Papa ingin kami bisa lebih baik darinya. Bukan masalah bagi Papa, untuk belajar mengaji dari kami. Papa selalu bilang tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Belajar mengaji, Papa memilih metode hafalan. Dia meminta kami membacakan untuknya, lalu diikuti setelahnya. Jika Papa telah hafal, tak segan Papa meminta kami mengoreksi bacaannya. Semangat belajar Papa menjadi cambuk untukku terus berprestasi. Meskipun aku bukanlah tipe kutu buku seperti teman-teman.
***
Terlahir sebagai anak tertua dari keluarga  sederhana di pesisir Bengkulu Selatan, tidak  membuat Papa menyesali takdirnya. Semuanya Papa jalani dengan tulus. Setelah  lulus Sekolah Rakyat (setara SD saat ini), Papa memutuskan  merantau  ke Palembang. Kerasnya kehidupan yang Papa alami membuat Papa tegar menatap masa depan. Papa yakin, Allah SWT  tidak akan  memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Kesabaran  Papa akhirnya berbuah hasil, Papa menemukan cintanya di Palembang. 12 Januari 1968 Papa resmi meminang Mama. Walaupun sebelumnya Papa mesti sabar melewati cobaan demi cobaan yang mendera. Selalu ada hikmah di balik masalah, begitulah aku menyimpulkan. 
Papa dan Mama, Anugerah Terindah yg
Tuhan hadiahkan untukku


Bukan hanya dalam hal belajar, Papa keras terhadap kami. Dalam hal tanggung jawab, pun Papa menerapkan hal yang sama. Pernah aku bertanya saat Papa menyuruh kakakku datang langsung ke kantornya, mengurus tanda pencari kerja mengikuti prosedur yang ada. Kenapa Papa tidak mau membantu kakak, padahal jika orang lain yang meminta pasti  Papa membantunya.  Papa hanya memberikan alasan, Papa tidak ingin mempunyai anak yang manja, selalu memanfaatkan  kedudukan orangtua. Tanpa mau mengikuti prosedur yang ada.  Papa  selalu mengajarkan kami peka terhadap lingkungan sekitar, di manapun kami berada. Mungkin saat itu sebuah misteri bagiku, namun beberapa tahun kemudian, baru aku mengerti, kenapa Papa seperti itu pada kami anak-anaknya.
Masa-masa indah  tinggal di rumah,  di tengah danau berakhir, Saat si pemilik  rumah memutuskan menaikkan  harga sewa dua kali lipat dari sebelumnya . Kami hanya diberi waktu tiga bulan mengambil keputusan. Tetap lanjut atau tidak. Aku pun tak habis pikir, kenapa pemilik  rumah tega berbuat seperti itu. Padahal sudah banyak perbaikan yang Papa lakukan,  agar rumah tersebut layak huni. Setidaknya, kalaupun dia minta kenaikan, bukan berarti harus langsung setinggi  itu. Namun, mungkin inilah jalan bagi kami untuk mengakhiri masa-masa menghuni rumah orang. Papa memutuskan merenovasi rumah tipe dua satu yang beberapa tahun terakhir dicicil.
            Berat rasanya meninggalkan  rumah di tengah danau yang penuh kenangan. Kenangan bahagia, selama menempati rumah itu, secara bergantian empat kakakku telah melangsungkan pernikahan, rumah itu jadi saksi. Kenangan duka, saat aku kehilangan  nenek tercinta. Namun tak terlukiskan juga kebahagiaan  saat mengingat kami mendapat hadiah terindah dari Papa, rumah mungil pengganti setelah belasan tahun kami nanti. Tanpa terasa waktu kami di rumah kontrakan hanya tinggal menghitung hari. Tepat seminggu setelah  hari raya Idul Fitri tahun 1421Hijriyah tahun 2000 miladiyah, kami pindah ke rumah mungil kami. Ada rahasia dibalik rahasia, begitulah takdir hidup yang kami jalani, semuanya adalah misteri yang terkadang tak pernah kita bayangkan. Rumah kami kembali, setelah empat belas tahun kami nanti.
   Aku selalu berusaha menepati janjiku untuk terus memberikan hasil terbaik bagi Papa dan Mama. Namun aku dihadapkan pada satu ujian berat saat itu. Tepat seminggu menjelang ujian akhir SMA, Papa mengajak bicara dari hati ke hati. Saat itu Papa bertanya tentang rencanaku setelah lulus SMA. Tanpa beban,  aku menjelaskan ingin melanjutkan kuliah ke PTN favoritku. Ternyata semuanya tak seindah yang aku bayangkan, saat itu Papa memberitahu tentang ke tidak mampuannya jika harus menanggung biaya kuliah tiga anak sekaligus. Maklum saja, Papa dan Mama hanya mengandalkan gaji pensiun yang tidak seberapa. Saat itu kakak keempatku berada di semester delapan, sedangkan kakak kelima semester empat. Papa meminta pengertianku untuk bersabar. Jika kakak keempat sudah lulus, aku pun akan mendapat kesempatan yang sama. Karena tidak ingin melihat Papa bersedih, aku mengalah.
     Bukan hal yang mudah bagiku melewati hari demi hari setelah itu. Konsentrasi belajarku buyar, pikiranku dipenuhi gejolak emosi seakan Papa pilih kasih. Detik demi detik terakhir perjuangan belajarku dibangku SMA, kujalani dengan setengah hati. Ingin rasanya aku berontak, namun aku tak sanggup. Aku pun tak  bisa membohongi hati kecilku jika aku kecewa terhadap keputusan Papa. Lama aku bergulat dengan pikiran sendiri. Aku menjadi anak yang pemurung, lebih banyak mengurung diri, tak perduli lagi dengan hasil yang aku raih. Melihat kondisiku yang kian hari kian terpuruk, ketiga kakak tertuaku berusaha menenangkan. Mereka menyadarkanku bahwa semua yang aku lakukan beberapa pekan terakhir keliru. Memang, di keluargaku, hanya kakak keempat dan kelima yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Sedangkan ketiga kakakku yang lain memilih bekerja untuk membantu orang tua. Bukan karena mereka tidak mau, namun karena mereka sadar akan kondisi ke dua orang tuaku, tidak sepertiku saat itu.
 Untuk menghibur, kakak ke duaku memberikan kesempatan bagiku mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru pada  PTN di kotaku. Namun semuanya terlambat, konsentrasiku sudah tak seperti dulu, ketakutan demi ketakutan terus menghantui. Percuma saja aku lulus jika tidak ada yang sanggup membiayaiku, bisik batinku kala itu. Aku pun akhirnya memutuskan hengkang dari kotaku. Tak sanggup rasanya aku bertemu dengan teman-teman, mendengar cerita mereka tentang dunia baru di perguruan tinggi. Aku menghilang tanpa jejak, Batam adalah pilihanku berlabuh.
     September 2002 aku berangkat ke kota yang asing bagiku, tidak begitu mungkin, sebab aku akan tinggal dengan kedua kakakku. Namun tetap saja semua terasa berbeda saat aku harus berpisah dengan Papa dan Mama. Hanya Mama dan kakak ke lima yang mengantar kepergianku ke pelabuhan. Papa tidak ikut karena alasan tidak enak badan.  Belakangan aku baru tahu, ternyata Papa bukan  tidak enak badan, semuanya dilatari karena Papa tak sanggup melepas kepergianku. Papa merasa gagal karena tidak bisa memenuhi permintaanku.
    Satu hal yang Papa tidak pernah tahu kala itu. Aku pergi bukan karena aku marah pada Papa, karena Papa tidak bisa mewujudkan impianku. Saat itu aku selalu berjanji dalam hati, suatu saat aku harus bisa mewujudkan impianku, kuliah dengan hasil keringat sendiri.. Allah SWT mendengar doaku, memasuki tahun kedua aku bekerja, aku bisa mewujudkan impian. Kerja sambil kuliah jadi pilihanku.  Sebuah fase baru tentunya, bukan hal yang mudah menjalani keduanya dalam waktu bersamaan. Tanpa bekerja, aku takkan bisa membayari kuliahku. Jika aku tidak serius kuliah, bagaimana mungkin aku akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi di masa datang. Aku berusaha mengatur waktu tanpa melupakan kewajiban melaksanakan tugas-tugasku. Mungkin inilah hasil yang kudapat dari kerasnya didikan Papa semasa kecil. Aku bisa membagi waktu, meski harus merelakan sebagian waktu istirahat untuk  kuliah.
       Lagi-lagi semuanya tidak semulus yang aku bayangkan. Untuk menyelamatkan kuliah, aku mesti berpindah pindah tempat kerja, karena tak semua manajemen tempat bekerja bisa paham kondisiku. Aku tak bisa memungkiri jika aku tak bisa memilih salah satu diantaranya.  Bukan karena aku karyawan pembangkang, namun aku memanfaatkan momen habis kontrak, untuk mencari tempat kerja yang normal, tidak seperti yang aku jalani selama ini, bekerja selama 12 jam, dari jam tujuh ke jam tujuh. Tiga perusahaan jadi saksi masa-masa sulitku selama enam semester di kampus ungu. Namun aku tak pernah menyesal, karena semuanya bagian dari perjalanan hidupku.      

Doa Mama dan Papaku yakin menyertai. Aku bisa menuntaskan kuliah tepat waktu. Aku sadar, uang bukanlah jawaban dari segalanya. Memang benar, uang bisa memenuhi apa yang kita butuhkan, namun  kasih sayang dan doa dari kedua orang tua, takkan pernah sebanding dengan berapapun jumlah uang yang kita miliki. Satu lagi pembelajaran yang aku dapat. Aku bersyukur Allah SWT menghadiahkan Mama dan Papa yang begitu tulus menyayangiku. Saat menjelang sidang tugas akhirku, Mama dan Papa puasa untuk mendoakanku. Mereka menyemangatiku, mengingatkanku tak lupa berdoa agar diberikan ketenangan menghadapi dosen-dosen pengujiku. Papa dan Mama pun berjanji, akan meluangkan waktu spesial untukku di hari wisuda nanti. Meski pada kenyataannya mereka tidak bisa menepati janji, karena Mama mesti dirawat di rumah sakit. Bukan hal yang mudah bagiku untuk menerima kenyataan itu.
   “Setiap moment yang dialami,  jadi proses pembelajaran diri. setiap kenangan yang terukir, merupakan kisah terindah yang pernah kualami. Sekecil apapun, setiap kejadian, pengalaman, dan  kenangan takkan pernah bisa hilang dalam sekejap mata. semua itu kan terpatri dalam bingkai kehidupan“.
Itulah yang menjadi motivasiku. Semua yang terjadi adalah proses pembelajaran. “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin”. Begitulah kata yang aku kutip dari sebuah novel yang kubaca. Keterpurukan bukan akhir dari segalanya. Tapi bisa dijadikan momentum untuk bangkit menjadi pribadi yang lebih baik.  Aku bersyukur Papa dan Mama memberikan kepercayaan untuk merantau. Kebebasan bersyarat, begitulah aku mendefinisikannya. Aku melewati fase demi fase dalam kehidupanku untuk mengerti kehidupan yang aku jalani. Mungkin dulu aku selalu bingung saat Papa mengajarkan beberapa hal. Namun  sekarang aku bisa memahami maksud yang tersirat dari kata demi kata yang dulu tak kumengerti.

Saat ini aku berada jauh dari Papa dan  Mama, aku selalu berdoa agar diberi kesempatan membahagiakan, merawat Papa dan Mama. Semoga Allah SWT mengabulkan pintaku. Syukur yang tak terkira, kebahagiaan yang tak bisa kulukiskan, aku bangga mempunyai Papa dan Mama, anugrah terindah yang Allah SWT hadiahkan untukku. Terima kasih Papa, terima kasih Mama untuk semua pembelajaran yang kuterima.

Perjuangan 3 tahun yang penuh pembelajaran

Kamis, 14 Juli 2016

Telaga Kata...mengabadikan cerita tentang Kita...

"Ini bukan buku kami, ini mimpi kami yang akhirnya bisa terwujud dengan sangat manis.
Terima kasih Tuhan yang sudah membuatkan jalur takdir yang sangat indah sehingga kami bisa bertemu, berteman, bertukar semangat, bercerita, menuliskan mimpi, membacakan mimpi, dan bersama menjelmakan mimpi kami dalam buku kumpulan cerita ini."

- WAR -

Begitulah bait yang tertuang dalam kata pengantar kami, Telaga Kata dan Kumpulan kisah di dalamnya, merupakan cara kami merayakan Ultah WAR (Writers and Readers) yang ke-3 (tiga). WAR dibentuk untuk mengumpulkan teman, sahabat, saudara dan siapapun yang tertarik dalam bidang kepenulisan. Hadirnya buku ini bukan hasil kompetisi, namun kami buat dengan hati berseri, siapa saja boleh ikut, tak ada karya yang jelek atau bagus selama dibuat dengan hati.

Tanpa terasa, setahun sudah usia Telaga Kata, terus berharap kedepannya WAR bisa melahirkan kembali karya bersama, terus ada Kopdar berikutnya. 


Meskipun penulisnya belum ada satupun
 yang menjejakkan langkah ke Cina
tapi Telaga Kata kami udah "membawa"
kami ke Tembok Besar Cina

Telaga Kata di Tj. Momong , Tarempa
Paketan pertama dari Lovrinz,
yg bersedia membantu mewujudkan
impian kami.

Foto dulu sebelum didistribusikan

Judul Buku   : Telaga Kata dan Kumpulan Kisah di Dalamnya
Tebal             : 290 hlm    
Ukuran          : 13 x 19
Kategori        : Cerpen
Penerbit         : Lovrinz
Tahun Terbit  : 2015
Edisi              : Terbatas

Penulis :
Ayang Twi
Damar Hening Sunyiaji
Eky
Hinata Tachibana
Juwita Purnamasari
Kokinos Te
Komariah Indria Sari
Naili Khadijah
Restu Efriany
Syai
Vatma Anggraini

Penyunting          : Juwita Purnamasari
Penelaah Aksara  : Hinata Tachibana
Desain Sampul    : Nuzula Fildzah

ISBN 978-602-0849-22-5
Ilustrasi cerita pendek di Telaga Kata




Rabu, 01 Juni 2016

Wanita itu... kupanggil "Nyak"

Desember 2015, kali pertama kami berjumpa,
saat itu, aku berkunjung ke rumah salah seorang teman kantorku yang kebetulan sedang bertugas di Batam.
Suatu kesempatan yang langka, bisa berada di kota yang sama dalam waktu bersamaan.

Awal yang biasa, sosok yang begitu pendiam, begitulah yang kurasakan, nyaris tak terdengar suara beliau, kecuali disaat meminta kami mencicipi suguhan yang telah disiapkan.

Ternyata pertemuan kami berlanjut, dalam perjalanan panjang mengarungi laut cina selatan. "Nyak" begitulah anak dan cucunya menyapanya, ikut serta ke pulau tempat kami mengabdi, mengingat temanku yang notabene anak bungsu beliau sedang sibuk-sibuknya menyiapkan kepindahan mereka ke rumah barunya, rumah hasil kerja keras mereka semasa merantau di Tarempa. Alhamdulillah... meski dibangun sederhana, yang penting terbebas dari sewa rumah yang "ajaib" harganya, Mahal....


Kesan pertama yang berbeda, dont judge a book from the cover pepatah yang cukup pas untuknya, Beliau tak sependiam yang aku kira. Tujuh belas jam perjalanan memberikan kesan yang cukup dalam, beliau risau disaat melihat aku dan suami nyaris tanpa makan sepanjang perjalanan, bukan karena kami tidak lapar, tapi kami sudah terlalu lelah menunggu lebih kurang 8 jam kapal Bukit Raya sandar di Pelabuhan Kijang, meleset dari jadwal yang tertera di tiket.

Chemistry diantara kami semakin kuat, beberapa hari saja aku tidak menampakkan diri dirumah temanku, dia akan bertanya bagaimana kabarku? kenapa aku tak lagi mengunjunginya? bahkan disaat Tarempa kemarau, dia juga memikirkan aku nyuci bajunya gimana?
Nyak... betapa besar rasa kasihmu kepadaku...

Nyak juga koki yang hebat!!! meskipun lanjut usia, tapi Nyak bukan tipe yang suka berdiam diri... selalu ada hal yang membuat dia sibuk, aku tak pernah ketinggalan mencicipi kuliner buatan Nyak, kadang di beberapa kesempatan, dia memintaku membantunya padahal lebih tepatnya aku hanya diminta melihat tahap demi tahap, hmm...

Nyak, aku memang bukan terlahir dari rahimmu, tetapi doamu mengalir untukku.
Kasih sayang dan perhatianmu, mengobati rasa rinduku pada Mamaku di Palembang.
Pernah di satu waktu yang takkan mungkin bisa aku lupakan, "bikinlah rumah disini..." ujarmu kala itu. Perasaanku bercampur aduk mendengarnya, gembira...terharu...sekaligus sedih...

13 Mei 2016
Aku mendapat tugas dadakan, sebagai staf pinjaman dan harus berangkat utk waktu yang lumayan lama, 10 hari tepatnya. Aku yakin, jika aku pergi tanpa kabar lagi seperti saat aku bertugas turun ke desa-desa, Nyak pasti akan menanyakan keberadaanku.  Akupun menjumpai beliau untuk pamit, untuk sementara waktu tidak bisa mengunjunginya. tapi kali ini aku rasakan hal berbeda, Nyak memelukku erat... menangis menceritakan kegalauan hatinya. 5 (lima) bulan berada disini, dia merasakan ketenangan, dia senang... tapi dia tetap harus pulang ke Batam. Dia juga menanyakan, apakah masih ada kesempatan kami untuk kembali bersua. Aku menangis dalam pelukannya, Ya Robb... aku bersyukur kau pinjamkan aku orangtua yang mengasihiku

30 Mei 2016
Maaf Nyak, aku baru bisa menjumpaimu, meski sebenarnya aku sudah tiba dsini rabu kemarin, tapi karena keterbatasanku, baru sekarang aku datang menemuimu.
lebih tepatnya, Nyak yg terus menerus menanyakan kenapa aku belum lg mengunjunginya.
"Nyak tanya ya dmn? datanglah...walaupun cuma sebentar" begitulah pesan singkat yg dikirim temanku.

31 Mei 2016
Nyak pulang ke Batam hari ini, aku menyempatkan diri mengantar Nyak sampai ke feri.
walaupun Nyak berusaha keras menyembunyikan air matanya, namun aku tahu, Nyak berat meninggalkan kami disini. berkali-kali Nyak berpesan, agar aku mengunjunginya saat aku ada d Batam.

terima kasih Nyak, telah tulus menyayangiku...
semoga Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu
aku akan selalu merindukanmu, Nyak...






Jumat, 20 Mei 2016

Pulau Penjalin... hamparan pasir dan birunya lautan... (Eksotisme Pulau Penjalin, Pesona Bahari Kepulauan Anambas)






Pulau Penjalin terletak di Kecamatan Palmatak Kab. Kep. Anambas merupakan salah satu aset wisata yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Anambas.
Hamparan pasir putih membentang, bebatuan alam yang tersusun alami, jernihnya air menjadi bingkai indahnya biota laut yang ada didalamnya...biru.. perpaduan yang menawan..
subhanallah..
tak ingin beranjak pulang, terlena dengan semesta ciptaan Tuhan..
Aku mendapatkan bonus tak terduga, disaat melakukan tugas pendampingan. Saat weekend tiba, untuk mengurangi rasa penat, tim memutuskan untuk berehat sejenak, menikmati keindahan alam yang ada di Kepulauan Anambas. 

Mimpi yang direalisasikan...
Sebenernya sudah sejak kali pertama aku menetap di Tarempa, Kepulauan Anambas, terbersit keinginan untuk menjelajahi keindahan pulau - pulau yang ada bersama teman-teman. Baik yang bisa dijangkau lewat kendaraan bermotor maupun transportasi laut.
Beberapa tempat sudah kami jelajahi, seperti Air Terjun Temburun, Pantai Temawan, Pulau Durai, Pantai Tj. Momong, Pantai Padang Melang, Air Bini, dan beberapa desa di Palmatak.
Begitulah cara kami mengabadikan moment kebersamaan, mengisi liburan, sekaligus refreshing dari aktivitas rutin kami. Jika dulu saat kami masih di kota masing-masing kami menghabiskan waktu di mall, sejak "kepindahan" kami kesini, menjelajah aset-aset wisata yg menjadi sasaran empuk dikala libur.
Namun liburan tersebut tidak bisa kami lakukan setiap waktu yg kami inginkan, kami harus pandai membaca musim disini, disaat angin utara, penduduk setempat tidak mengijinkan kami utk menjelajah bersama. Jangankan hanya untuk sekadar liburan, kapal feri yg merupakan transportasi utama penghubung antara Tarempa - Tanjungpinang pun tidak di ijinkan berlayar oleh Syahbandar.

karena itulah aku katakan perjalanan kali ini sebagai bonus, walopun pada saat aku memposting foto di akun instagramku, beberapa temanku komplein, marah, sebel karena aku dianggap ingkar janji, pergi berpetualang sendiri ke Pulau Penjalin.
Gimana aku mau bawa teman2ku, sementara aku sendiri juga diajak, hehe...

Sabtu siang, kami beranjak dari Dermaga yg ad di SP dg menggunakan 3 Speedboat, berbagai persiapan  seperti alat selam dan perbekalan udah dsiapkan oleh teman2. maklum saja, kala itu kami menjamu 3 tamu dari Batam yg sedang bertugas d Tarempa.
Tarempa - Pulau Penjalin, ditempuh lebih kurang 1jam perjalanan. Setibanya d Pulau Penjalin, speedboat tidak bisa mengantarkan kita sampai ke tepi, so, kita harus menjejakkan kaki lgsg ke jernihny air yg ketinggianny sekitar 30-50cm, cukup menggoda utk segera berinteraksi dgn air. Sygnya jelajah kali ini aku tak bisa utk bermain air seperti teman2 yg laen, aku hanya bisa memandang aktivitas mereka dari bibir pantai, tergoda... sangat menggoda... namun karena sesuatu hal yg membuatku ttp bertahan, meski gamang....
siang berganti senja, tak kunjung membuat teman2ku segera beranjak utk undur diri. mereka masih terlalu asyik bermain air, meski senja telah berganti malam. satu speedboat telah beranjak pergi, namun 2 speedboat lg baru menyerah di keheningan malam, pukul 19.30 akhirnya kami bertolak kembali ke Tarempa.
Eits.... ternyata kami tak lgsg pulang, para lelaki ternyata tergoda utk mancing d malam hari, satu jam aku dan perempuan lainnya harus bersabar, menunggu dan memberikan kesempatan mereka yg lg berlomba ala mancing mania. setelah mendapatkan hasil yg cukup lumayan, akhirnya kami pulang, pukul 21.30 kami tiba di dermaga sp, cukup lelah memang, tapi lunas t'bayar lewat moment yg diabadikan lwt kamera handphone.
Penjalin... tunggu aku datang lagi...

With Ms. Desy
Menanti senja tiba...
menikmati perpaduan
pasir putih nan lembut n
jernihnya air laut

 a moment with U...









Jumat, 13 Mei 2016

April Moment yang berbeda...


Surprise dari Eka, take pic
dari rumah hobbit di New Zealand 
Surprise dari Eka, take pic 
dari rumah hobbit di New Zealand
Welcome My April...
April yang berbeda... tak seperti tahun sebelumnya, ultah di 2 kota, Palembang n Batam bersama klgaku tercinta,

Berbeda dengan tahun ini, aq bahkan harus merasakan berada di 3 Desa yang ada di Kec. Palmatak, Kab. Kep. Anambas.
Merasakan teriknya mentari dengan suhu udara mencapai 31 derajat, wew... hari yang super duper melelahkan. Mengukur luasnya lapangan bola, mencari gedung, bangunan, jalan dan banyak lagi hal lainnya, sebagai bagian dari perintah tugas yang harus dijalankan. Namun aq tetap bersyukur, di tengah panasnya udara hari itu, doa dan ucapan terus mengalir dari keluargaku tercinta, sahabat, teman baik lewat telp, sms maupun via sosmed lainnya.



Rumah Makan terapung di Desa Ladan



Otw to Palmatak Island
Melepas penat with Miss Uli
Ternyata mereka tak pernah melupakan hari lahirku, meskipun aq kini terdampar jauh dari keramaian kota.
berbagai cara yang dilakukan untuk membahagiakanku
  1. Eka Dewi Puspita, mengirimkan gambar ucapan dari Rumah yang dipakai dalam Film The Hobbit di New Zealand;
  2. Desti, Hayati n K' Eva, yang sengaja membuatkan video surprise sebagai pengganti karena aq yang keburu turun lapangan lagi, disaat mereka sedang membelikan kue untukku. Rela pulang kerja telat, nungguin informasi klo aq udah ada di rumah, bilang ada titipan file dari kasubbag q d kantor, yang harus segera di buka, trus ngasih bungkusan yang ternyata isinya kue yg bentuknya tak lagi sempurna karena "lelah" dalam perjalanan.
Syukron Yaa Robb... menghadiahkan orang-orang yang menyayangiku, dengan segala keterbatasanku.  Kasih sayang yang luar biasa terus mengalir, meski kami tak lagi bisa bercengkrama.
Kasih sayang emang ga dapat di terka, disaat kita sangat berharap disayang dan dicintai dari seseorang, belum tentu kita mendapatkannya. tapi terkadang yang terjadi malah sebaliknya cinta kasih seringkali datang tak terduga.
Kantati said "orang menabur dengan air mata, akan menuai dengan sukacita, karena kasih menutupi banyak kekurangan"

Hari bahagia tidak selalu identik dengan pesta yang mewah, tapi disaat kita mendapatkan cinta kasih yang tulus, itulah kado terindah yang Tuhan kasih utk kita.

E-Office yg selalu merecord 
Pegawai yang Ultah 
di tanggal tersebut
Kue Ultah dari Kasubbag n Staf Adm & Adm Umum